Menyelami Kisah Sang Komponis Lewat Koleksi Unik Museum W.R. Supratman Surabaya
Surabaya dikenal sebagai Kota Pahlawan karena sejarah besarnya dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Tak ayal, banyak jejak pahlawan hebat dari kota ini, salah satunya adalah W.R. Supratman, sang pencipta lagu kebangsaan “Indonesia Raya”. Bahkan untuk mengenang jasanya didirikan Museum W.R. Supratman di Jalan Mangga No. 21, Gedang Sewu, Tambaksari, Surabaya. Museum ini diresmikan pada 10 November 2018 oleh Wali Kota Surabaya kala itu, Tri Rismaharini. Bangunan ini dulunya rumah kakaknya, Rukiyem Supratijah, tempat Supratman tinggal di Surabaya hingga wafat. Kini, museum ini menyimpan 39 koleksi yang berkaitan dengan sejarah hidup dan perjuangan W.R. Supratman.
Ketika masuk ke museum ini, koleksi replika pakaian W.R. Supratman di ruang utama langsung mencuri perhatian. Replika pakaian ini sekaligus menjadi salah satu koleksi unggulan di museum ini. Replika tersebut merupakan pakaian yang dikenakan Supratman saat menghadiri Kongres Pemuda II pada 28 Oktober 1928, ketika lagu “Indonesia Raya” pertama kali diperdengarkan. Koleksi ini disimpan rapi dalam kotak kaca agar tetap terjaga dan memberikan kesan sakral. Melalui koleksi ini, pengunjung dapat merasakan atmosfer perjuangan dan semangat kebangsaan yang dibawa Supratman.

Adapun koleksi unggulan lainnya di Museum W.R. Supratman berupa replika biola yang melambangkan peran penting W.R. Supratman dalam memperkenalkan lagu “Indonesia Raya” pada Kongres Pemuda II tahun 1928. Biola asli kini disimpan di Museum Sumpah Pemuda Jakarta, sementara museum ini memajang duplikatnya lengkap dengan label khas gaya Italia abad ke-17: “Nicolaus Amatus fecit in Cremona 16”. Meskipun hanya replika, kehadirannya mengingatkan bahwa perjuangan kemerdekaan juga lahir lewat jalur seni dan musik yang menyatukan bangsa.


Selain biola, museum ini juga menyimpan stempel pribadi, uang kertas bergambar Supratman, hingga rekaman suara terakhirnya sebelum wafat. Suasananya tenang dan sederhana. Meski tidak mengandalkan teknologi canggih, museum ini justru menawarkan pengalaman yang lebih kepada mengenalkan sejarah lewat narasi visual dan budaya. Tempat ini cocok bagi pelajar, peneliti, maupun keluarga yang ingin memahami bahwa kemerdekaan juga diperjuangkan dari ruang sunyi, melalui lirik lagu, gesekan biola, dan keyakinan pada mimpi akan bangsa merdeka.
Penulis: Kelompok 10 Pemasaran Informasi, IIP, FISIP, UNAIR
- Alfina Nur Maulidiyah
- Devi Ridho Syavitri
- Alf Arira Ananta Aysa
- Zazi Alfath Romdoni
- Mega Putri Mahadewi
- Arly Maya Berlyanti
- Synthia Amelia Putri M.
- Marsanda Lintang Rahayu
- Lailatul Khumairah
- Anum Arum Narudhu
- Indah Widdi Palupi