Kenal Lebih Dekat dengan Museum Pendidikan Surabaya

Setiap benda dalam museum memiliki cerita sejarah yang menarik untuk digali dan dipelajari. Tidak hanya memiliki visual yang menarik mata, tetapi juga terdapat informasi di dalamnya yang perlu untuk dilestarikan dan disebarluaskan. Museum Pendidikan, salah satu museum di Surabaya yang menjadi bukti sejarah pendidikan di Indonesia dari masa ke masa. Museum Pendidikan terletak di tepi Sungai Kalimas, tepatnya di Jalan Genteng Kali No. 10 Surabaya. Bangunan museum merupakan alih fungsi dari Sekolah Taman Siswa, sekolah pertama untuk penduduk pribumi pada era kolonial.

Ketika memasuki kawasan Museum Pendidikan, pengunjung akan diajak bernostalgia sistem pendidikan di Indonesia melalui koleksi dari zaman pra aksara, klasik/kerajaan, kolonial, hingga kemerdekaan. Salah satu koleksi di zaman pra aksara yakni Lontar Jawi, manuskrip kuno era 1800-an. Lontar tersebut ditulis menggunakan Aksara Arab Pegon sebagai bukti akulturasi budaya Islam dengan budaya Nusantara, khususnya Jawa, Madura, dan Sunda.

Koleksi Lontar Jawi
Gambar 1. Koleksi Lontar Jawi

Adapun koleksi lontar sendiri menjadi bukti media menulis kala itu. Lontar juga menunjukkan bukti transformasi peradaban manusia yang telah menggunakan simbol untuk berkomunikasi. Menariknya, koleksi lontar di Museum Pendidikan bukan sebuah replika, melainkan asli sehingga jarang ditemukan di Museum Surabaya lainnya.

Tidak sampai di situ, Museum Pendidikan juga memiliki koleksi asli dari mesin Handpress atau mesin percetakan yang diberikan langsung oleh K.H. Ahmad Dahlan. Beliau merupakan salah satu tokoh pergerakan yang aktif di bidang pendidikan. Mesin cetak tersebut sering digunakan di Percetakan Muhammadiyah di Yogyakarta. Melihat mesin Handpress, mampu membawa pengunjung mengenal lebih jauh tentang mesin percetakan pada zaman dahulu.

Koleksi mesin Handpress
Gambar 2. Koleksi mesin Handpress

Lebih lanjut, museum pendidikan ini menyimpan sejarah salah satu materi yang akrab diajarkan kepada anak-anak ketika mulai belajar mengeja. Mungkin, Generasi Millennial dan Generasi Z tidak asing dengan ejaan “ini budi, ini ibu budi, ini ayah budi, ini kakak budi” yang kerap kali ditemukan pada Buku Paket Pelajaran Bahasa Indonesia (SD). 

Koleksi “Ini Budi”
Gambar 3. Koleksi “Ini Budi”

Ejaan tersebut dicetuskan oleh Ibu Siti Rahmani sebagai metode agar anak-anak lebih mudah dalam belajar membaca. Meskipun, sejak tahun 2014, Menteri Pendidikan menghapus materi tersebut dari pelajaran sekolah, tetapi hingga saat ini “ini ibu budi” masih membekas di benak para pelajar dan akan selalu menjadi bagian dari sejarah pendidikan di Indonesia.

Masih banyak lagi koleksi menarik di Museum Pendidikan Surabaya yang dapat menambah pengetahuan sejarah kamu tentang pendidikan, khususnya bagi pelajar yang ingin mengenal secara langsung perkembangan dunia pendidikan. Dapatkan tiketnya melalui Tiket Wisata Surabaya (https://tiketwisata.surabaya.go.id),  gratis buat kamu pelajar Surabaya, hanya 5.000 rupiah bagi pengunjung umum. Nikmati sendiri nuansa nostalgia bersama Museum Pendidikan Surabaya!

Penulis: Kelompok 10 Pemasaran Informasi, IIP, FISIP, UNAIR

  1. Alfina Nur Maulidiyah
  2. Devi Ridho Syavitri
  3. Alf Arira Ananta Aysa
  4. Zazi Alfath Romdoni
  5. Mega Putri Mahadewi
  6. Arly Maya Berlyanti
  7. Synthia Amelia Putri M.
  8. Marsanda Lintang Rahayu
  9. Lailatul Khumairah
  10. Anum Arum Narudhu
  11. Indah Widdi Palupi

Similar Posts